Oleh Sepudin Zuhri | 11 January 2011
JAKARTA: Asosiasi Peranti Lunak Telematika Indonesia (Aspiluki) optimistis pasar peranti lunak dan jasa pemasangan di Indonesia pada tahun ini akan bertumbuh sebesar 7,5% menjadi Rp8,6 triliun dibandingkan dengan tahun lalu Rp8,0 triliun.
Normal 0
Ketua Umum Aspiluki Djarot Subiantoro mengatakan pasar peranti lunak di Tanah Air sangat besar dan menjadi incaran produsen software dari negara lain, seperti India dan China.
“Memang belanja TIK [teknologi informasi dan komunikasi] di Indonesia masih didominasi oleh produkhardware [peranti keras] yang mencapai sekitar 90%. Berbeda dengan negara lain yang justru belanjasoftware lebih besar,” ujarnya kepada Bisnis hari ini.
Dia memaparkan berdasarkan data Aspiluki, belanja TIK di Indonesia pada tahun ini bisa mencapai Rp82 triliun atau naik 7,1% dibandingkan dengan realisasi selama 2010 sebesar Rp76,6 triliun.
Menurut Djarot, proyeksi belanja TIK sebesar Rp82 triliun pada tahun ini masih didominasi belanjahardware sebesar Rp73,4 triliun atau sekitar 90%. Adapun, sisanya Rp8,6 triliun masuk ke dalam belanjasoftware serta jasa pelayanan dan pemasangan.
Dia menjelaskan pasar software di dalam negeri sangat besar, tetapi selama ini belum tergarap secara maksimal. Selain itu, sebagian besar dari peranti lunak tersebut masih diimpor, sehingga masih banyak devisa yang dikeluarkan untuk membeli software.
Djarot memaparkan sebenarnya pasar software lebih besar dari Rp8,6 triliun, tetapi masih banyak perangkat lunak yang menyatu dengan produk peranti keras (embedded software), sehingga tidak terhitung nilainya.
Dia menjelaskan sebagian besar anggota Aspiluki merupakan produsen software untuk perusahaan skala besar yang mencapai 80%, sedangkan sisanya adalah penyedia perangkat lunak untuk kebutuhan individu.(jha)
0 komentar:
Posting Komentar